点击上方“印尼视角”可订阅哦!
编者按:吴丽恩(Daniyah) 是位西爪哇巽达族姑娘,聪明伶俐及高颜值,在海南师范大学留学,大四生的汉语水平,已经很达标,为了真实反映,我们不予修改,大家可以从其文稿窥见一斑。
作为本号的志愿者,吴丽恩(Daniyah)和王慧丽(Vania)经常为我们译稿,积极参与公益之心可嘉。
借此机会,我们也希望有更多的印尼留学生,加入我们公众号的志愿者队伍。感谢Daniyah、Sylvie与Vania。
原创:来自印尼的留学生
在海南师范大学2019国际文化节上演
作者:印尼留学生陈秀芳(Sylvie Tanaga) 吴丽恩(Daniyah Az Zahra)
海南,海口,11月6日, 正在念汉语国际教育系的印尼留学生们,在海南师范大学2019 国际文化上演。
来自40 多个国家的留学生参加此次庆祝海南师范大学建校七十周年的活动。
海南师范大学是海南最古老的大学之一,它位于海南省的省会海口市。通过这个活动,留学生们还精心展示他们丰富多彩的异域风情,来代表自己本国最独特的文化。
印尼留学生们也不例外。他们开的站台前展示了印尼的各个方面的传统文化,比方说,印尼有名的美景照片ˎ 独特的美食ˎ传统服装(蜡染)ˎ 还有五颜六色的文学作品,就像小说ˎ 音乐ˎ 电影等等。
不仅仅是这样,他们还展示印尼当地的一套特色美食叫“Gado-gado”。“Gado-gado”属于印尼的一种沙拉,它用新鲜的红萝卜ˎ 土豆ˎ 洋白菜ˎ 油豆腐ˎ 煮蛋ˎ 虾片淋上微辣的花生酱汁。
“Gado-gado”这个词在印尼语的本意是混合。若你们来印尼的话,它是必须尝过排在最前面的印尼美食。很有趣的是“Gado-gado”的口音很像海南话的的一个词“gaduo gaduo”,它”也是含了混合的意思。
在这个活动中,来自印尼的12个留学生展示了一种印尼难度最高的舞蹈,就是Saman舞。Saman舞属于亚齐,北苏门答腊的宗教舞蹈。印尼留学生们一边穿着亚齐的特色服装,一边跳Saman舞感染所观众。
在跳舞过程中,有一个人唱亚齐民谣歌,还有另外一个人打鼓,他们俩是做舞蹈伴奏的。是的,Saman舞基本上不是用乐器来伴奏的,而它用拍手拍胸拍腿的节奏和舞者们的魅力歌声相结合。
由于其独特性,教科文组织在2011年11月24日于巴厘岛举行的联合国教科文组织非物质文化遗产保护政府间委员会第六届会议上将Saman舞列为“保护非物质文化遗产的文化代表清单”。
Saman舞含蓄了齐心协力的意义。因此,舞者们的高度默契是这个舞蹈最关键的事。为了动作整齐划一,每个舞者在跳舞蹈动作的时要专心,认真。
来自印尼的留学生吴丽恩,不仅是印尼留学生们的舞蹈教练,而且当时来唱亚齐民歌做舞蹈的伴奏告诉我们,“我们都没有一个人有舞蹈基础的。所以,为了能跳标准的动作,我们都花了3个星期的排练。放学之后,我们每天排了一个小时左右的练。虽然很累,但是我们非常高兴能代表我们国家跳印尼这种难度很高的舞蹈Saman舞” 。
大约上了五分钟的表演,不管是学院的官员(校长)还是挤满了海南师范大学图书馆头版的观众们,他们都给这个表演热烈的欢迎。
在表演的结尾,表演者邀请全体观众跳“ Dangdut”,这个是印尼当地的特色音乐,是在摇动身体时演唱的典型的群岛音乐。
“印尼朋友们跳的每个动作都充满惊喜。除了舞蹈跳得很有意义之外,其感染力也是很强的,而他们还请舞台下的观众们跟着他们一起开开心心地跳,那时候我也忍不住地跳起来。”来自俄罗斯的一个留学生Victoria告诉我们。
每年,在中国读书的印尼留学生日益多,反之亦然。据资料记载,海南师范大学的国际教育学院在31 年之内已经录取了来自各个各地的几千多名国际学生。此次国际文化活动是一个很好的机会来告诉大家印尼灿烂的丰富文化,也是个很好的机会一起建起印尼中及印尼与其他国家的友谊的桥梁。(***)
Mahasiswa Indonesia Tampil dalam Festival Budaya Internasional 2019
di Hainan Normal University
Oleh: Sylvie Tanaga dan Daniyah Az Zahra
HAIKOU, HAINAN (6/11/2019)
Mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan tinggi jurusan “Pendidikan Bahasa Mandarin bagi Penutur Asing” tampil dalam Festival Budaya Internasional 2019. Festival yang diikuti oleh lebih dari 40 negara ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari ulang tahun ke-70 Hainan Normal University, salah satu kampus tertua di Kota Haikou, ibukota Provinsi Hainan. Melalui festival ini, para mahasiswa berupaya menyajikan ragam budaya yang mewakili negaranya.
Mahasiswa Indonesia membuka booth yang memperkenalkan berbagai jenis budaya Nusantara mulai dari destinasi wisata populer, kuliner khas, busana tradisional (batik), hingga berbagai literatur seperti novel, musik, dan film Indonesia. Para mahasiswa juga menyajikan kuliner tradisional “Gado-gado”, sejenis salad Indonesia yang terdiri dari beragam jenis sayuran segar (telur, sayur-mayur, kentang, tahu, wortel) bertabur bumbu kacang spesial.
“Gado-gado” yang secara literal dalam bahasa Indonesia berarti “campur-aduk” ini masuk dalam daftar kuliner yang wajib dicoba ketika berkunjung ke Indonesia. Gado-gado juga punya pelafalan yang mirip dengan bahasa daerah Hainan yakni “gaduo-gaduo” yang artinya “berantakan”.
Dalam festival ini, 12 mahasiswa Indonesia juga menampilkan tari tradisional yang termasuk salah satu jenis tarian tersulit yakni “Tari Saman”. Mengenakan busana khas Aceh, mahasiswa Indonesia tampil memukau dengan gerakan kompak diiringi lantunan tradisional yang dinyanyikan langsung bersama tabuhan kendang. Pada umumnya, tarian ini memang tidak menggunakan alat musik untuk mengiringi pertunjukan. Bunyi-bunyian yang tercipta adalah hasil perpaduan antara nyanyian serta suara tepukan dari gerakan tarian seperti tepuk tangan, tepuk dada, dan tepuk paha.
Karena kekhasannya, UNESCO memasukkan Tari Saman dalam “daftar representasi budaya untuk perlindungan warisan budaya tak benda warisan manusia” dalam Sidang ke-6 Komite Antar-Pemerintah untuk Perlindungan Warisan Budaya Tak Benda UNESCO di Bali, 24 November 2011.
Tari Saman mengandung makna kekompakan dan kebersamaan. Itu sebabnya salah satu kunci penting dari Tari Saman adalah keharmonisan dan keserasian gerak para penarinya. Seluruh penari dituntut untuk fokus agar setiap gerakan benar-benar terlihat kompak. Setiap pemain harus berkonsentrasi penuh dan berlatih serius.
“Tak seorang pun dari kami yang berlatar penari. Kami latihan tiga minggu supaya bisa menari dengan baik. Di sela kuliah, kami berlatih selama kira-kira satu jam per hari. Meski letih, kami senang bisa mewakili Indonesia menarikan Tari Saman yang tingkat kesulitannya cukup tinggi ini,” papar Daniyah Az Zahra, pelatih sekaligus vokalis pengiring tarian yang menyanyikan lagu tradisional Aceh.
Penampilan mahasiswa Indonesia yang berdurasi kurang lebih lima mendapat sambutan meriah dari petinggi kampus (kepala sekolah) dan para pengunjung yang memadati halaman depan perpustakaan Hainan Normal University. Di akhir sesi, para penampil mengundang seluruh hadirin menarikan “Dangdut”, musik khas nusantara yang dinyanyikan sambil menggoyangkan tubuh.
“Setiap gerak tari yang dibawakan oleh teman-teman Indonesia sangat tidak terduga penuh dengan kejutan. Selain penuh makna, penampilan mereka juga sangat atraktif, mengundang para pengunjung untuk sama-sama terlibat dalam tarian,” ujar Victoria, mahasiswa Hainan Normal University asal Rusia yang hadir dan ikut menari bersama mahasiswa Indonesia.
Setiap tahunnya, makin banyak mahasiswa Indonesia yang belajar di Tiongkok –dan sebaliknya. Menurut catatan, The International Education College of Hainan Normal University telah menerima ribuan mahasiswa asing selama 31 tahun, termasuk Indonesia. Ajang semacam Festival Budaya Internasional pun selalu menjadi kesempatan besar bagi Indonesia untuk memperkenalkan kekayaan budayanya, sekaligus mempererat tali persaudaraan dengan Tiongkok dan berbagai negara lainnya. (***)
如果你喜欢这篇文章,请点击“在看”
点击右上角可分享到朋友圈哦!